Selamat Datang di blog ayusponorogo.blogspot.com, jangan lupa follow dan komentar, kami melayani pembuatan blog untuk anda silahkan sms ke no 085736701814 atau email canonrock46@yahoo.com atau ayuzyusuf@gmail.com ,dapatkan update beritanya, kritik dan saran telp. 085736701814, email. ayuzyusuf@ymail.com atau ayuzyusuf@gmail.com
DOWNLOAD VIDEO IN HERE
URL

Aneh Bin Ajaib, Padi Tak Tersentuh Lahar

Senin, 08 November 2010

Hulu Sungai Gendol di wilayah atas Cangkringan, Sleman, yang berjarak sekitar 5 km dari puncak Merapi, berubah menjadi gunungan setelah tertimbun material vulkanik yang dimuntahkan Merapi pada Kamis (4/11/2010) malam. Silahkan baca artikel di bawah ini yang kami himpun dari kompas.com untuk lebih jelasnya.
“Sebelum terimbun, sungai ini lebar dan dalam, kira-kira sedalam 30 meter. Seperti jurang kalau dilihat dari tepi sungai,” kata Suwarjo (42), penduduk setempat, yang meninggalkan lokasi pengungsian untuk menengok rumahnya.
Ketika Antara mendatangi lokasi pada Sabtu (6/11/2010) siang dan menyaksikan hulu sungai itu dari jarak 5 meter, Suwarjo berteriak untuk memperingatkan bahwa material itu masih mengandung bara.
Bagi orang luar, bukan penduduk Cangkringan, fenomena sungai Gendol itu mencengangkan. Tak ada tanda-tanda sama sekali bahwa di bawah ribuan ton lahar itu ada sebuah sungai sedalam jurang. Aroma belerang yang menyengat tercium di kawasan berbahaya ini.
Di sekitar hulu sungai terdapat perkampungan penduduk yang sudah mengungsi. Atap rumah-rumah dan daun-daun pepohonan besar tertutupi abu dan pasir.
Kebun salak luluh lantak, porak-poranda. Cangkringan menjadi kawasan mati, dengan kerusakan yang masif.
Kawasan lereng Merapi yang mengalami kehancuran di mana-mana terjadi di Desa Glagaharjo. Sepanjang jalan menuju puncak Merapi, pohon-pohon bertumbangan. Tiang listrik dari beton patah. Tiang besi telepon pun roboh, membuat saluran kabel-kabelnya terburai.
1440472620X310 Aneh Bin Ajaib, Padi Tak Tersentuh Lahar
Sejumlah rumah penduduk tampak berantakan. “Hujan pasir campur lahar membuat semuanya seperti ini,” kata seorang penduduk setempat yang sedang menengok rumahnya.
Pemadangan di Cangkringan yang mengalami kerusakan di mana-mana itu terasa magis. Semua pohon besar bisa tumbang atau dahan-dahannya patah. Daun-daun pohon kelapa lunglai berwarna coklat kusam setelah tertimpa hujan pasir dan lahar. Perkebunan salak morat-marit. Tanaman jagung hanya tinggal onggokan kusam di pematang.
Namun, hamparan padi yang baru disemai, yang baru setinggi sepuluh senti meter, sama sekali utuh dengan warna kehijauan yang menyegarkan.
Aneh bin ajaib. Pohon besar bertumbangan. Padi yang baru tumbuh itu seperti tak tersentuh lahar Merapi,” komentar seorang yang mengantar Antara memasuki wilayah maut itu.
Pengamatan lapangan di Glagaharjo itu tak berlangsung lama karena seorang relawan yang datang mengingatkan untuk segera menjauh dari puncak Merapi.
Suara hujan angin disertai gelegak seperti air mendidih, yang datang dari perut Merapi itu, semakin menyadarkan bahwa Merapi bisa muntah sewaktu-waktu.
Aktivis-relawan penolong korban Merapi itu seperti mulai mengenal tabiat Merapi. Dia segera menarik pegas motornya dan melaju menjauh dari puncak Merapi. Dia tak mau berpacu melawan kecepatan lahar Merapi yang oleh pakar geologi diibaratkan sekencang mobil Formula Satu itu.

0 komentar:

Posting Komentar

komentar adalah suatu hal yang penting maka komentarlah...

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

next page

BTricks

VISITOR FLAG

free counters

Mau punya buku tamu seperti ini?
Klik di sini
PERDA PONOROGO. Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

 
 
 

Recent Comments